PEMBAHASAN
A.
Masalah
yang Ditemukan
Selama melaksanakan
Praktek Kerja Lapangan di Maccini Sawah, ada beberapa masalah yang kami
temukan, antara lain :
1. Ruang
peracikan puyer yang tidak memadai.
2. Pada
saat penyiapan obat, obat dalam bentuk tablet kemasan botol diambil dalam
keadaan kontak langsung dengan tangan sehingga bisa saja mempengaruhi
kesterilan obat tersebut.
3. Pada
pasien anak, sering mendapatkan resep dengan dosis pemakaian 1 x ⅓ atau 1 x ¼.
Hal ini tentu saja membuat keluarga pasien terkadang kebingungan untuk
menggunakannya, apalagi ketika obatnya itu sangat kecil dan sulit untuk dibagi.
4. Meskipun
kegiatan pengelolaan obat sudah diupayakan dengan semaksimal mungkin, namun pada
saat penerimaan, terkadang jumlah obat yang diterima dari UPTD Farmasi Kota
Makassar tidak sesuai dengan jumlah obat yang diminta. Hal ini mungkin
disebabkan oleh adanya pengalokasian obat untuk puskesmas, sehingga ada beberapa
item obat tertentu yang persediaannya tidak dapat mencukupi permintaan pasien.
5. Kurangnya
tenaga farmasi, khususnya asisten apoteker. Hal ini mengakibatkan petugas
terkadang kewalahan melayani resep yang begitu banyak bertumpuk, sehingga harus
meminta bantuan perawat.
6. Pada saat menunggu resep dikerjakan, pasien terkadang membuat
hal-hal yang bisa saja mengundang kemarahan petugas apotek.
B.
Alternatif
Pemecahan Masalah
Terkait
dengan beberapa permasalahan yang timbul, kami dapat memberi alternatif
pemecahan masalah sebagai berikut
1. Sebaiknya disediakan ruang peracikan khusus untuk lebih menjamin
mutu dan keamanan obat yang diracik.
2. Untuk pengambilan obat, sebaiknya menggunakan spatel atau sendok
untuk menjamin kesterilan obat. Disamping menjaga keselamatan pasien, juga
menjaga keselamatan diri kita sebagai petugas sebab hal tersebut bisa
mengurangi kontak langsung dengan obat yang sebenarnya adalah bahan kimia
beracun.
3. Jika mendapatkan resep dengan dosis yang telah disebutkan, hendaknya kita sebagai
tenaga farmasi menyerahkan obat tersebut dalam sediaan puyer untuk menghindari
terjadinya ketidakrasionalan penggunaan obat.
4. Meski sudah direncanakan dengan sebaik mungkin, apa yang kita terima
tentu tidak selamanya sesuai dengan apa yang kita harapkan. Begitupun dengan
pengelolaan obat di Puskesmas. Ketika penerimaan tidak sesuai dengan
permintaan, maka kita gunakan saja obat yang ada dan mengupayakan obat tetap
dapat memenuhi permintaan pasien. Misalnya saja jika syrup amoxicillin habis,
maka dapat diganti dengan tablet amoxicillin dan tentunya diserahkan dalam
bentuk sediaan puyer dengan dosis yang sama (dosis sekali pakai syrup
amoxicillin adalah 125 mg/sendok obat sedangkan sediaan tablet amoxicillin
adalah 500 mg sehingga 1 tablet = 4 bungkus).
5. Mengupayakan penambahan tenaga kesehatan khususnya asisten apoteker di kamar obat agar
pekerjaan dan pelayanan kefarmasian bisa lebih efektif.
6. Petugas harus lebih memperhatikan etika pelayanan kesehatan. Jika
pasien melakukan hal tersebut, tentunya kita tetap dituntut untuk melayani
pasien dengan penuh kesabaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar