Kamis, 10 Mei 2012

Apa sih yang ditemukan selama PKL Klinik di Puskesmas??

PEMBAHASAN
A.      Masalah yang Ditemukan
Selama melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Maccini Sawah, ada beberapa masalah yang kami temukan, antara lain :
1.      Ruang peracikan puyer yang tidak memadai.
2.      Pada saat penyiapan obat, obat dalam bentuk tablet kemasan botol diambil dalam keadaan kontak langsung dengan tangan sehingga bisa saja mempengaruhi kesterilan obat tersebut.
3.      Pada pasien anak, sering mendapatkan resep dengan dosis pemakaian 1 x ⅓ atau 1 x ¼. Hal ini tentu saja membuat keluarga pasien terkadang kebingungan untuk menggunakannya, apalagi ketika obatnya itu sangat kecil dan sulit untuk dibagi.
4.      Meskipun kegiatan pengelolaan obat sudah diupayakan dengan semaksimal mungkin, namun pada saat penerimaan, terkadang jumlah obat yang diterima dari UPTD Farmasi Kota Makassar tidak sesuai dengan jumlah obat yang diminta. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya pengalokasian obat untuk puskesmas, sehingga ada beberapa item obat tertentu yang persediaannya tidak dapat mencukupi permintaan pasien.
5.      Kurangnya tenaga farmasi, khususnya asisten apoteker. Hal ini mengakibatkan petugas terkadang kewalahan melayani resep yang begitu banyak bertumpuk, sehingga harus meminta bantuan perawat.
6.      Pada saat menunggu resep dikerjakan, pasien terkadang membuat hal-hal yang bisa saja mengundang kemarahan petugas apotek.
B.       Alternatif Pemecahan Masalah
Terkait dengan beberapa permasalahan yang timbul, kami dapat memberi alternatif pemecahan masalah sebagai berikut
1.      Sebaiknya disediakan ruang peracikan khusus untuk lebih menjamin mutu dan keamanan obat yang diracik.
2.      Untuk pengambilan obat, sebaiknya menggunakan spatel atau sendok untuk menjamin kesterilan obat. Disamping menjaga keselamatan pasien, juga menjaga keselamatan diri kita sebagai petugas sebab hal tersebut bisa mengurangi kontak langsung dengan obat yang sebenarnya adalah bahan kimia beracun.
3.      Jika mendapatkan resep dengan dosis  yang telah disebutkan, hendaknya kita sebagai tenaga farmasi menyerahkan obat tersebut dalam sediaan puyer untuk menghindari terjadinya ketidakrasionalan penggunaan obat.
4.      Meski sudah direncanakan dengan sebaik mungkin, apa yang kita terima tentu tidak selamanya sesuai dengan apa yang kita harapkan. Begitupun dengan pengelolaan obat di Puskesmas. Ketika penerimaan tidak sesuai dengan permintaan, maka kita gunakan saja obat yang ada dan mengupayakan obat tetap dapat memenuhi permintaan pasien. Misalnya saja jika syrup amoxicillin habis, maka dapat diganti dengan tablet amoxicillin dan tentunya diserahkan dalam bentuk sediaan puyer dengan dosis yang sama (dosis sekali pakai syrup amoxicillin adalah 125 mg/sendok obat sedangkan sediaan tablet amoxicillin adalah 500 mg sehingga 1 tablet = 4 bungkus).
5.    Mengupayakan penambahan tenaga kesehatan  khususnya asisten apoteker di kamar obat agar pekerjaan dan pelayanan kefarmasian bisa lebih efektif.
6.      Petugas harus lebih memperhatikan etika pelayanan kesehatan. Jika pasien melakukan hal tersebut, tentunya kita tetap dituntut untuk melayani pasien dengan penuh kesabaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar